Rabu, 28 Juli 2010

Sejarah Pelacuran

Dunia pelacuran tidak mempunyai data akurat yang dapat menjelaskan secara rinci kapan dan di mana dimulainya dunia pelacuran.Memang ada opini bahwa konon pertumbuhan sebuah kota selalu diawali dengan pelacuran. Konon singgahnya para pelaut bahari bukan untuk urusan bisnis saja, tetapi juga mencari pengalaman seksual di daerah yang disinggahinya.

Makin asyik, pengalaman yang diperoleh, semakin sering pula para pelaut singgah. Di setiap negara dapat dipastikan terdapat beberapa lokasi untuk dunia pelacur, baik secara eksplisit atau implisit, legal, ilegal, terbuka, atau sembunyi-sembunyi. Hampir setiap orang pernah bersentuhan dengan dunia pelacuran, dikarenakan sangat mengasyikan dan memberi kenikmatan maksimal tentang permainan seks. Dunia pelacuran tidak dapat lepas dari pola kehidupan masyarakat itu sendiri, seperti dunia pariwisata yang konon juga tidak dapat lepas dari pelacuran.

Bali, salah satu pulau di Indonesia yang terkenal di dunia pariwisata, juga tidak lepas dari pelacur-pelacur lokal untuk di"konsumsi" oleh para pengunjung baik lokal atau internasional. Dunia pelacuran bukan hanya disebabkan oleh permasalahan ekonomi belaka tetapi sudah pada permasalahan yang komplek, multiproblem. Pelacuran identik dengan seks yang bersifat katarsis (dunianya laki-laki). Padahal dunia pelacuran tidak hanya didominasi oleh perempuan tapi juga oleh laki-laki yang dikenal dengan sebutan "Gigolo", yang mempunyai sifat dan perilaku yang sama dalam memberikan pelayanan seks kepada customer yang membutuhkan.

Awal munculnya pelacuran di Indonesia bukan hanya disebabkan oleh masalah ekonomi belaka tapi permasalahan yang begitu komplek atau akut seperti ibarat "duluan mana telor atau ayam." Meskipun ada data yang mengatakan bahwa komplek pelacuran "legal" di Dolly Surabaya di mulai ketika masa penjajahan Belanda.